Senin, 01 Februari 2010

ikan patin

PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN PATIN

Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkembang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan Patin Siam hanya bisa dilakukan secara buatan atau lebih dikenal dengan istilah kawin suntik (induce breeding).

Di setiap tempat, nama patin berbeda-beda. Di Vietnam, Patin Siam disebut Ca Tre Yu, di Kamboja disebut Trey Pra. Dalam Bahasa Inggeris, Patin Siam disebut Catfish, River Catfish, atau Striped Catfish. Sedangkan di Indonesia, selain dinamakan ikan patin disebut juga jambal siam, atau lele bangkok (Jawa), dan ikan juara (Sumatra dan Kalimantan).

Pematangan Gonad di kerambah

Pematangan gonad ikan patin dilakukan di kolam tanah/kerambah. Caranya, siapkan kerambah ukuran 4x4X1.5m alirkan secara kontinyu; masukan 50 ekor induk ukuran 3 – 5 kg; beri pakan tambahan berupa pellet tenggelam sebanyak 2 persen/hari.

Catatan : induk jantan betina dipelihara terpisah.

Seleksi induk ikan patin dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad : perut gendut; gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan. Tanda induk jantan : gerakan lincah, lubang kelamin kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih. Usahakan saat seleksi mengangkap ikan lebih dari satu, sebagai cadangan.

Pemberokan

Pemberokan induk patin dilakukan selama semalam. Caranya, siapkan kerambah ukuran panjang 2mX1mX1m

Catatan : Pemberokan bertujuan untuk membuang sisa pakan dalam tubuh dan mengurang kandungan lemak. Karena itu, selama pemberokan tidak diberi pakan tambahan.

Penyuntikan dengan ovaprim

Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,5 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikkan bagian punggung secara intra muscular. dan biarkan selama 12 jam.

Catatan : penyuntikan dilakukan dua kali, dengan selang waktu 6 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 dosis dari dosis total dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 dosis total . Induk jantan disuntik satu kali, berbarengan penyuntikan kedua dengan dosis 0,2 ml/kg induk jantan.


Pengambilan sperma

Pengambilan sperma dilakukan setelah pengeluaran telur. Caranya, tangkap 1 ekor induk jantan yang sudah matang kelamin; lap hingga kering; bungkus tubuh induk dengan handuk kecil; pijit ke arah lubang kelamin; semprotkan sperma ke wadah telur campurkan 200 cc Natrium Clhorida (larutan fisiologis atau inpus); aduk hingga rata.Jaga agar sperma tidak terkena air.

Pengeluaran telur

Pengeluaran telur dilakukan setelah 12 jam setelah penyuntikan, namun 9 jam sebelumnya dilakukan pengecekan. Cara pengeluaran telur : siapkan 1 buah baskom plastik, sebotol Natrium chlorida (inpus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu; tangkap induk dengan sekup net; keringkan tubuh induk dengan handuk kecil atau lap; bungkus induk dengan handuk dan biarkan lubang telur terbuka pijit bagian perut ke arah lubang telur tampung telur dalam baskom plastik; campurkan larutan sperma ke dalam telur; aduk hingga rata dengan bulu ayam; tambahkan Natrium chrorida dan aduk hingga rata kemudian masukan aqua buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah dan di campur dengan air tanah liat lalu bilas sampai bersih, telur siap ditetaskan.

Penetasan di akuarium

Penetasan telur ikan patin dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan 20 buah akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 30 cm; pasang tiga buah titik aerasi untuk setiap akuarium dan hidupkan selama penetasan; tebarkan tebar secara merata ke permukaan dasar akuarium; 2 – 3 hari kemudian buang sebagian airnya dan tambahkan air baru hingga mencapai ketinggian semula; 2 hari kemudian beri pakan berupa naupli artemia secukupnya; setelah berumur 8-15 hari dapat diberi pakan cacing rambut. pada umur 16 hari dapat diber pelet udang halus.

PENETASAN DI CORONG

Masukan telur kedalam corong penetasan, setelah 12 jam akan kelihatan telur yang masih bagus atau tidak. Telur yang bagus akan kelihatan bening sedangkan yang tidak bagus akan kelihatan putih. Setelah 18 - 24 jam telur akan menetas. Larva dapat di panen setelah 4 jam menetas. kemudian dihitung jumlah larva yang menetas untuk mengetahui dosis pemberian pakan artemia.


Selamat Mencoba Semoga Sukses

created by hanreey goldthoum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar